KEAGAMAAN
Dikutip dari Rubrik POLITIK & HUKUM di Harian KOMPAS, Kamis, 26 Juni 2008 halaman 2.
JAKARTA, KOMPAS – Berdasarkan kasus kontroversi terhadap ajaran Ahmadiyah, umat Islam Indonesia terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu yang menolak dan mendukung keberadaan Ahmadiyah. Kondisi itu menunjukkan tidak solidnya umat Islam.
”Terpecahnya kekuatan umat terjadi sebagai akibat pengaruh pemikiran, politik, dan budaya yang membuat umat jauh dari agamanya,” ujar Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam M Al Khaththath, dalam Pertemuan Besar Ulama, Habib, dan Tokoh se-Indonesia di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, Rabu (25/6).
Hadir dalam acara itu sejumlah tokoh Islam, seperti Ketua Umum Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia Ahmad Sumargono, Juru Bicara Hisbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto, budayawan Taufik Abdullah, dan pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah KH Mahrus Amin sebagai tuan rumah.
Menurut Khatthath, berbagai aksi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak yang dilakukan mahasiswa juga ditengarai didukung oleh kekuatan sosial-demokrat untuk menyingkirkan kekuatan neoliberal yang membawa sistem ekonomi yang tidak berkeadilan. Mereka sama-sama mengabaikan Islam sebagai sistem berbangsa dan bernegara walau mereka juga beragama Islam.
Oleh karena itu, para ulama dan habib perlu berkonsolidasi agar umat Islam dapat bersatu memperjuangkan tegaknya Islam di Indonesia. ”Ulama dan habib harus menyusun kekuatan dan gerakan untuk merbut dominasi kekuatan neoliberal dan sosial demokrat,” ujarnya.
Joserizal Jurnalis sebagai panitia penyelenggara pertemuan mengatakan, para ulama dan habib perlu menyamakan misi dan visi perjuangan untuk menangani berbagai persoalan umat. Selain soal liberalisasi pemikiran agama maupun pengaruh lembaga swadaya masyarakat yang didanai asing, bangsa Indonesia juga dirongrong kekuatan kapitalisme global yang mendorong penjualan aset bangsa serta memicu kenaikan harga BBM. (MZW)
Dikutip dari Rubrik POLITIK & HUKUM di Harian KOMPAS, Kamis, 26 Juni 2008 halaman 2.
JAKARTA, KOMPAS – Berdasarkan kasus kontroversi terhadap ajaran Ahmadiyah, umat Islam Indonesia terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu yang menolak dan mendukung keberadaan Ahmadiyah. Kondisi itu menunjukkan tidak solidnya umat Islam.
”Terpecahnya kekuatan umat terjadi sebagai akibat pengaruh pemikiran, politik, dan budaya yang membuat umat jauh dari agamanya,” ujar Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam M Al Khaththath, dalam Pertemuan Besar Ulama, Habib, dan Tokoh se-Indonesia di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta, Rabu (25/6).
Hadir dalam acara itu sejumlah tokoh Islam, seperti Ketua Umum Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia Ahmad Sumargono, Juru Bicara Hisbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto, budayawan Taufik Abdullah, dan pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah KH Mahrus Amin sebagai tuan rumah.
Menurut Khatthath, berbagai aksi menentang kenaikan harga bahan bakar minyak yang dilakukan mahasiswa juga ditengarai didukung oleh kekuatan sosial-demokrat untuk menyingkirkan kekuatan neoliberal yang membawa sistem ekonomi yang tidak berkeadilan. Mereka sama-sama mengabaikan Islam sebagai sistem berbangsa dan bernegara walau mereka juga beragama Islam.
Oleh karena itu, para ulama dan habib perlu berkonsolidasi agar umat Islam dapat bersatu memperjuangkan tegaknya Islam di Indonesia. ”Ulama dan habib harus menyusun kekuatan dan gerakan untuk merbut dominasi kekuatan neoliberal dan sosial demokrat,” ujarnya.
Joserizal Jurnalis sebagai panitia penyelenggara pertemuan mengatakan, para ulama dan habib perlu menyamakan misi dan visi perjuangan untuk menangani berbagai persoalan umat. Selain soal liberalisasi pemikiran agama maupun pengaruh lembaga swadaya masyarakat yang didanai asing, bangsa Indonesia juga dirongrong kekuatan kapitalisme global yang mendorong penjualan aset bangsa serta memicu kenaikan harga BBM. (MZW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar